Abdullah bin Muslim bin Qutaibah (dalam kitab Ta’wil Musykilil Qur’an) berkata:
Segala puji bagi Allah yang telah menggariskan manhaj kebaikan, dan
memberi hidayah kepada kita dengan cahaya Al-Qur’an “yang Dia tidak
mengadakan kebengkokan padanya” (Q.S. Al-Kahfi: 1), justru menurunkannya
sebagai bimbingan yang lurus, detail, dan jelas, “Yang tidak datang
kepadanya kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang
diturunkan dari (Rabb) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji" (Q.S.
Fushshilat: 42).
Allah SWT tonjolkan Al-Qur’an itu, Allah SWT muliakan, Allah SWT
tinggikan, dan Allah SWT agungkan. Allah SWT namakan Al-Qur’an itu
dengan nama ruh, rahmat, penyembuh, hidayah dan cahaya.
Dengan kemukjizatan susunannya, Allah SWT putuskan ketamakan para
pembuat tipu daya, dan Allah SWT jadikan Al-Qur’an itu berbeda secara
jelas dari rekayasa orang-orang yang memaksa-maksakan diri.
Dijadikan-Nya Al-Qur’an itu selalu dibaca tanpa ada kebosanan dalam membacanya, betapapun lamanya waktu dan masa.
Dijadikan-Nya Al-Qur’an itu selalu didengar, tanpa pernah ada telinga yang merasa muak dari mendengarnya.
Dijadikan-Nya Al-Qur’an itu senantiasa segar tidak pernah usang, meskipun diulang-ulang berkali-kali,
Dijadikan-Nya Al-Qur’an itu menakjubkan yang tiada pernah henti keajaiban-keajaibannya.
Dijadikan-Nya Al-Qur’an itu selalu memberi manfaat tanpa pernah berhenti memberikannya.
Dengan Al-Qur’an ini, Allah SWT nasakh (batalkan) kitab-kitab sebelumnya.
Dan di dalam Al-Qur’an ini, Allah SWT himpun banyak makna dalam sedikit
kata. Dan ini adalah bukti pembenaran terhadap sabda Rasulullah SAW:
“Aku diberi jawami’ al-kalim, sedikit kata menghimpun dan padat makna”. (hadits muttafaqun ‘alaih, lihat Shahih Bukhari [7013] dan Shaih Muslim [523]).
Kalau anda ingin mengetahui kebenaran hal itu, silahkan tadabburi firman Allah SWT:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
“Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf,
serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh”. (Q.S. Al-A’raf:
199)
Perhatikan, bagaimana dalam kalimat singkat ini Allah SWT menghimpun seluruh akhlaq agung, sebab:
1. Kata: “jadilah engkau pemaaf” mengandung makna:
a. Menyambung hubungan silaturrahim terhadap mereka yang telah memutuskannya.
b. Mengampuni orang-orang yang berbuat zhalim, dan
c. Memberi kepada mereka yang tidak pernah memberi.
2. Kata: “Suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf” mengandung makna:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT.
b. Menyambung hubungan silaturrahim.
c. Menjaga lisan dari dusta, dan
d. Memalingkan pandangan dari segala hal yang haram.
Semua ini dinamakan “’Urf” atau “ma’ruf” karena semua jiwa manusia mengenal dan mengetahuinya, serta semua hati merasa tenteram kepadanya.
3. Kata: “Berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh” mengandung makna:
a. Bersabar.
b. Memaafkan dan tidak membalas meskipun memiliki kemampuan untuk itu.
c. Membersihkan diri dari mendebat orang-orang yang tidak mengerti, serta
d. Menghindarkan diri dari bertentangan dengan orang yang ngotot tidak mau mengalah.
[Dikutip dari: Ta’wil Musykilil Qur’an, karya: Ibnu Qutaibah, hal. 3 – 5]
Semoga bermanfaat, amin
*Musyafa Ahmad Rahim, Kaderisasi DPP PKS
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !